DOSA TERBESAR
Dari Abu Bakrah ra, ia berkata, Nabi SAW bersabda, ''Maukah aku beritahukan kepada kamu tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?'' Kami menjawab,''Tentu saja, wahai Rasulullah!'' Rasulullah SAW pun bersabda, ''Dosa-dosa tersebut ialah menyekutukan Allah ( syirik ), mendurhakai orangtua, '' beliau pun bersandar lantas duduk, ''Ingatlah! dua dosa lagi yaitu perkataan keji dan kesaksian palsu, ''Beliau mengatakannya terus menerus dan diulang-ulang hingga kami pun berkata dalam hati, ''Duhai, andai saja Rasulullah berhenti mengucapkannya,'' ( HR Bukhari dan Muslim ).
Menurut Dr Musthafa Said al-Khin, Hadits di atas mengandung beberapa faedah yaitu peringatan bahwa dosa yang paling dibenci Allah ialah menyekutukan-Nya, durhaka kepada orangtua, perkataan yang keji dan kesaksian palsu.
Kedua, ancaman keras terhadap perkataan keji dan kesaksian palsu. Rasulullah berulang- ulang memperingatkannya untuk menjelaskan betapa besarnya bahaya perbuatan itu yang dapat mengancam perdamaian umat dan beratnya siksaan yang akan ditanggung oleh pelakunya pada hari kiamat.
Ada dua penyandingan dalam hadits tersebut yang diucapkan Rasulullah pertama, dosa syirik dan dosa mendurhakai orangtua. Betapa banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang perintah untuk hamba-Nya agar menaati Allah dan berbakti kepada orangtua, surah Al-Isra ayat 23 misalnya; dalam ayat tersebut Allah memerintahkan (mewasiatkan; dengan menggunakan lafadz Qadaa) agar kita tidak mendurhakai Allah atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun ditambah dengan anjuran untuk berbuat baik kepada orangtua.
Dalam surah lain, yakni Qs Al-Baqarah ayat 215 pun demikian, dengan santun Allah mengajak para hamba-Nya agar menyisihkan rezeki yang Dia berikan untuk orang-orang yang berhak menerimanya; salah satu orang yang berhak yang disebut pertama kali oleh Allah adalah orang tua, kemudian disusul untuk keluarga (kaum kerabat), anak yatim, orang miskin dan orang-orang yang sedang berada di dalam perjalanan (Ibn Sabil).
Pada akhir ayat, Allah menjamin bahwasannya kebaikan apapun yang kita lakukan, Allah pasti akan mengetahuinya. Tentu saja Allah tak sekedar tahu, namun juga Maha Membalas kebaikan yang dilakukan para hamba-Nya untuk dapat memberatkan timbangan kebaikan mereka di yaumil akhir kelak.
Kembali ke konteks hadit yang telah disebutkan di atas, dua perilaku dosa terbesar yang disebut bersamaan adalah perkataan keji dan kesaksian palsu. Disebut bersamaan karena orang-orang yang cenderung mudah untuk mengatakan kata-kata kotor, dusta dan tidak benar, mereka tentu juga akan mudah memfitnah, menghasud, memprovokasi, mengadu domba, bahkan memberikan kesaksian palsu.
Mengapa kesaksian palsu juga masuk ke dalam kategori dosa terbesar? Jelas, karena kesaksian palsu tak hanya menjerumuskan pelakunya ke dalam lubang dosa namun juga merugikan orang lain; terlebih orang yang difitnah karena kesaksian yang tidak benar itu. Karenanya, Allah menegaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 263 bahwa perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah dengan diiringi ketidakikhlasan (menggerutu dan sebagainya).
Kendati surah Al-Baqarah ayat 263 secara khusus berbicara tentang sedekah, namun secara umum juga berfungsi sebagai penegasan dan pengingat untuk kita bahwa seutama-utamanya sedekah adalah perkataan baik - yang diharapkan dengan pengingat ini bahwa kita mampu menjaga dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang manfaat. Rasulullah pun dalam suatu hadits juga bersabda bahwa kita dianjurkan untuk berkata yang baik-baik (saja), atau jika tidak sanggup maka diam akan jauh lebih baik.
Karenanya, Ibn Mas’ud ra dalam sebuah hadits menguraikan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Allahumma inni as-alukal huda wattuqo wal’afaaf walghinaa - Ya Allah, aku memohon kepadamu hidayah, ketaqwaan, kemampuan untuk menahan diri dan kecukupan rezeki,” (HR Muslim)
Akhirnya, do’a Rasulullah inilah yang mengantarkan kita semua kepada sebenar-benarnya doa dan permohonan bahwa yang perlu kita pinta pada-Nya hanyalah petunjuk, rasa takut yang bertambah kepada Allah, kemampuan untuk tidak melakukan hal-hal buruk (termasuk berkata keji dan kesaksian palsu), juga kekayaan hati dan materi.
Semoga Allah memampukan kita untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak terpuji juga melindungi kita dari empat dosa terbesar di antara yang besar ini. Aamiin.
Menurut Dr Musthafa Said al-Khin, Hadits di atas mengandung beberapa faedah yaitu peringatan bahwa dosa yang paling dibenci Allah ialah menyekutukan-Nya, durhaka kepada orangtua, perkataan yang keji dan kesaksian palsu.
Kedua, ancaman keras terhadap perkataan keji dan kesaksian palsu. Rasulullah berulang- ulang memperingatkannya untuk menjelaskan betapa besarnya bahaya perbuatan itu yang dapat mengancam perdamaian umat dan beratnya siksaan yang akan ditanggung oleh pelakunya pada hari kiamat.
Ada dua penyandingan dalam hadits tersebut yang diucapkan Rasulullah pertama, dosa syirik dan dosa mendurhakai orangtua. Betapa banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang perintah untuk hamba-Nya agar menaati Allah dan berbakti kepada orangtua, surah Al-Isra ayat 23 misalnya; dalam ayat tersebut Allah memerintahkan (mewasiatkan; dengan menggunakan lafadz Qadaa) agar kita tidak mendurhakai Allah atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun ditambah dengan anjuran untuk berbuat baik kepada orangtua.
Dalam surah lain, yakni Qs Al-Baqarah ayat 215 pun demikian, dengan santun Allah mengajak para hamba-Nya agar menyisihkan rezeki yang Dia berikan untuk orang-orang yang berhak menerimanya; salah satu orang yang berhak yang disebut pertama kali oleh Allah adalah orang tua, kemudian disusul untuk keluarga (kaum kerabat), anak yatim, orang miskin dan orang-orang yang sedang berada di dalam perjalanan (Ibn Sabil).
Pada akhir ayat, Allah menjamin bahwasannya kebaikan apapun yang kita lakukan, Allah pasti akan mengetahuinya. Tentu saja Allah tak sekedar tahu, namun juga Maha Membalas kebaikan yang dilakukan para hamba-Nya untuk dapat memberatkan timbangan kebaikan mereka di yaumil akhir kelak.
Kembali ke konteks hadit yang telah disebutkan di atas, dua perilaku dosa terbesar yang disebut bersamaan adalah perkataan keji dan kesaksian palsu. Disebut bersamaan karena orang-orang yang cenderung mudah untuk mengatakan kata-kata kotor, dusta dan tidak benar, mereka tentu juga akan mudah memfitnah, menghasud, memprovokasi, mengadu domba, bahkan memberikan kesaksian palsu.
Mengapa kesaksian palsu juga masuk ke dalam kategori dosa terbesar? Jelas, karena kesaksian palsu tak hanya menjerumuskan pelakunya ke dalam lubang dosa namun juga merugikan orang lain; terlebih orang yang difitnah karena kesaksian yang tidak benar itu. Karenanya, Allah menegaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 263 bahwa perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah dengan diiringi ketidakikhlasan (menggerutu dan sebagainya).
Kendati surah Al-Baqarah ayat 263 secara khusus berbicara tentang sedekah, namun secara umum juga berfungsi sebagai penegasan dan pengingat untuk kita bahwa seutama-utamanya sedekah adalah perkataan baik - yang diharapkan dengan pengingat ini bahwa kita mampu menjaga dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang manfaat. Rasulullah pun dalam suatu hadits juga bersabda bahwa kita dianjurkan untuk berkata yang baik-baik (saja), atau jika tidak sanggup maka diam akan jauh lebih baik.
Karenanya, Ibn Mas’ud ra dalam sebuah hadits menguraikan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Allahumma inni as-alukal huda wattuqo wal’afaaf walghinaa - Ya Allah, aku memohon kepadamu hidayah, ketaqwaan, kemampuan untuk menahan diri dan kecukupan rezeki,” (HR Muslim)
Akhirnya, do’a Rasulullah inilah yang mengantarkan kita semua kepada sebenar-benarnya doa dan permohonan bahwa yang perlu kita pinta pada-Nya hanyalah petunjuk, rasa takut yang bertambah kepada Allah, kemampuan untuk tidak melakukan hal-hal buruk (termasuk berkata keji dan kesaksian palsu), juga kekayaan hati dan materi.
Semoga Allah memampukan kita untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak terpuji juga melindungi kita dari empat dosa terbesar di antara yang besar ini. Aamiin.