KUE ADAT NAGAN RAYA
Seluruh daerah di Aceh memiliki keberagaman adat dan budaya. Tak terkecuali Kabupaten Nagan Raya. Pada PKA 7 ini, Nagan Raya menampilkan kuliner tradisional ''kue adat'' yang unik.
Disebut ''kue adat'' karena digunakan untuk keperluan adat - istiadat ( peusijuek, kenduri, pesta perkawinan dan lain - lain ). Kue dibikin berhari - hari dengan bantuan kerabat atau tetangga dekat.
''Kue adat'' terdiri dari kue utama, yakni karah, bungong kayee, kue seupet, bue tho, kue loyang, wajek, geulamoe, bhoi, dan bolu. Juga ada kue pelengkap, seperti aneka roti mentega, bolu hias dan lain - lain. Untuk peusijuek, kue adat dibawa dalam balai terbuat dari kayu disebut balee bue meubungong, yang pada acara pesta perkawinan atau sunatan disebut bue manoe.
Kue adat juga menjadi bawaan sanak famili atau besan saat kenduri salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Kue adat diletakkan dalam tempat khusus bernama kindang dalam acara jak bisan ( datang besan ).
Ukuran bawaan '' kue adat '' ditentukan oleh banyaknya jumlah karah, yaitu 15, 30 dan 50 buah. Demikian juga bungong kayee jumlahnya sama dengan karah, sementara kue seupet, kue loyang dan lain - lain banyaknya setengah dari jumlah karah.
Bawaan ''kue adat'' paling banyak dan lengkap mencapai 50 buah karah, pada acara jak bisan hari raya pertama bagi pengantin baru. Pada acara peusijuek disamping kue adat ada lagi lepat, tape ketan, pisang goreng, agar - agar, dan aneka kue basah lainnya.
Kue adat utama dibikin dari bahan yang sangat sederhana dan menggunakan alat - alat tradisional. Bahan - bahan tersebut antara lain, tepung beras, gula pasir, meulisan, telur, santan dan minyak goreng.
Dulu, kue adat dimasak / dipanggang menggunakan bahan bakar kayu. Jenis kayu bakar yang digunakan antara lain bak manee ( laban ) karena daya bakarnya yang baik dan panasnya merata. Semua jenis kue adat dibikin tanpa menggunakan bahan pengawet dan penyedap rasa. Benar - benar alami. Silakan nikmati di Nagan Raya.
Sangat mudah mendapatkan ''kue adat'' Saat ini telah muncul home industri ( industri rumahan ) yang memproduksi dan menjual ''kue adat,'' dan menjadi oleh - oleh untuk dibawa keluar Nagan. Harganya bervariasi.
Salah seorang perajin ''kue adat'' di Gampong Cot Peuradi, Kecamatan Suka Makmue, Nagan Raya, Mariana alias Mak lin, menyebutkan harga satu idang dengan jumlah karah 15 buah mencapai Rp 250 ribu, sementara untuk adat jak bisan hari raya harganya bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 6 jutaan per satu paket kue adat.
MIRIP TAPAK GAJAH
Karah Tapak salah satu kue raksasa dari Nagan Raya, ikut ditampilkan di Anjungan Kabupaten Nagan Raya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Kue karah Nagan umumnya berukuran besar, bentuknya seperti segitiga melengkung.
Bentuk lain kue adat tersebut adalah karah tapak. Kue karah dibuat dari tepung beras yang ditumbuk dengan lesung (Aceh: leusong atau jeungki) tidak menggunakan mesin penggiling.
Selanjutnya tepung yang masih basah direukee ( diayak ) dengan kain tipis untuk menghasilkan tepung halus, kemudian dijemur dan diayak lagi setelah kering.
Beras yang hendak dijadikan tepung harus berasal dari gabah yang sudah agak lama, sebelum ditumbuk. Beras direndam terlebih dahulu selama satu malam.
Untuk pemanis digunakan gula pasir atau meulisan ( air nira yang dimasak hingga mengental dan berwarna coklat kemerahan ).
Kue karah dimasak dengan cara digoreng. Proses pembuatannya dimulai dari mencampur tepung dengan air dan gula atau meulisan hingga benar-benar maken ( lumat ).
Adonan diaduk dalam talam. Peralatan / cetakan membuat kue karah dinamakan bruek karah, tempurung kelapa yang diberi sejumlah lubang kecil serta diikat pada gagang kayu atau belahan bambu.
Bruek karah dikaitkan pada tali penggantung di atas wajan berisi minyak goreng yang sudah dipanaskan.
Selanjutnya bruek karah diketuk-ketuk sambil dilakukan gerakan melingkar, sehingga adonan yang terdapat dalam cetakan keluar seperti akar serabut melalui lubang-lubang kecil ke yang ditampung dalam wajan.
Jika adonan yang berbentuk susunan serabut bulat tebal sudah mencapai ukuran yang diinginkan lalu diangkat dan ditiriskan. Dan, jadilah karah tapak. Dikatakan tapak karena bentuknya yang mirip tapak gajah.
Disebut ''kue adat'' karena digunakan untuk keperluan adat - istiadat ( peusijuek, kenduri, pesta perkawinan dan lain - lain ). Kue dibikin berhari - hari dengan bantuan kerabat atau tetangga dekat.
''Kue adat'' terdiri dari kue utama, yakni karah, bungong kayee, kue seupet, bue tho, kue loyang, wajek, geulamoe, bhoi, dan bolu. Juga ada kue pelengkap, seperti aneka roti mentega, bolu hias dan lain - lain. Untuk peusijuek, kue adat dibawa dalam balai terbuat dari kayu disebut balee bue meubungong, yang pada acara pesta perkawinan atau sunatan disebut bue manoe.
Kue adat juga menjadi bawaan sanak famili atau besan saat kenduri salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Kue adat diletakkan dalam tempat khusus bernama kindang dalam acara jak bisan ( datang besan ).
Ukuran bawaan '' kue adat '' ditentukan oleh banyaknya jumlah karah, yaitu 15, 30 dan 50 buah. Demikian juga bungong kayee jumlahnya sama dengan karah, sementara kue seupet, kue loyang dan lain - lain banyaknya setengah dari jumlah karah.
Bawaan ''kue adat'' paling banyak dan lengkap mencapai 50 buah karah, pada acara jak bisan hari raya pertama bagi pengantin baru. Pada acara peusijuek disamping kue adat ada lagi lepat, tape ketan, pisang goreng, agar - agar, dan aneka kue basah lainnya.
Kue adat utama dibikin dari bahan yang sangat sederhana dan menggunakan alat - alat tradisional. Bahan - bahan tersebut antara lain, tepung beras, gula pasir, meulisan, telur, santan dan minyak goreng.
Dulu, kue adat dimasak / dipanggang menggunakan bahan bakar kayu. Jenis kayu bakar yang digunakan antara lain bak manee ( laban ) karena daya bakarnya yang baik dan panasnya merata. Semua jenis kue adat dibikin tanpa menggunakan bahan pengawet dan penyedap rasa. Benar - benar alami. Silakan nikmati di Nagan Raya.
Sangat mudah mendapatkan ''kue adat'' Saat ini telah muncul home industri ( industri rumahan ) yang memproduksi dan menjual ''kue adat,'' dan menjadi oleh - oleh untuk dibawa keluar Nagan. Harganya bervariasi.
Salah seorang perajin ''kue adat'' di Gampong Cot Peuradi, Kecamatan Suka Makmue, Nagan Raya, Mariana alias Mak lin, menyebutkan harga satu idang dengan jumlah karah 15 buah mencapai Rp 250 ribu, sementara untuk adat jak bisan hari raya harganya bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 6 jutaan per satu paket kue adat.
MIRIP TAPAK GAJAH
Karah Tapak salah satu kue raksasa dari Nagan Raya, ikut ditampilkan di Anjungan Kabupaten Nagan Raya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Kue karah Nagan umumnya berukuran besar, bentuknya seperti segitiga melengkung.
Bentuk lain kue adat tersebut adalah karah tapak. Kue karah dibuat dari tepung beras yang ditumbuk dengan lesung (Aceh: leusong atau jeungki) tidak menggunakan mesin penggiling.
Selanjutnya tepung yang masih basah direukee ( diayak ) dengan kain tipis untuk menghasilkan tepung halus, kemudian dijemur dan diayak lagi setelah kering.
Beras yang hendak dijadikan tepung harus berasal dari gabah yang sudah agak lama, sebelum ditumbuk. Beras direndam terlebih dahulu selama satu malam.
Untuk pemanis digunakan gula pasir atau meulisan ( air nira yang dimasak hingga mengental dan berwarna coklat kemerahan ).
Kue karah dimasak dengan cara digoreng. Proses pembuatannya dimulai dari mencampur tepung dengan air dan gula atau meulisan hingga benar-benar maken ( lumat ).
Adonan diaduk dalam talam. Peralatan / cetakan membuat kue karah dinamakan bruek karah, tempurung kelapa yang diberi sejumlah lubang kecil serta diikat pada gagang kayu atau belahan bambu.
Bruek karah dikaitkan pada tali penggantung di atas wajan berisi minyak goreng yang sudah dipanaskan.
Selanjutnya bruek karah diketuk-ketuk sambil dilakukan gerakan melingkar, sehingga adonan yang terdapat dalam cetakan keluar seperti akar serabut melalui lubang-lubang kecil ke yang ditampung dalam wajan.
Jika adonan yang berbentuk susunan serabut bulat tebal sudah mencapai ukuran yang diinginkan lalu diangkat dan ditiriskan. Dan, jadilah karah tapak. Dikatakan tapak karena bentuknya yang mirip tapak gajah.